Lifting Minyak 2025 Masih di Bawah Target APBN
Info inspiratif –Lifting minyak Indonesia pada kuartal I-2025 mencapai 580 ribu barel per hari (BPH). Capaian ini setara 96% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 605 ribu BPH. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan pencapaian tersebut saat konferensi pers di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (27/5/2025).
Sementara itu, lifting gas telah melampaui target. Realisasi lifting gas mencapai 120% dari target APBN yang ditetapkan sebesar 1,005 juta barel setara minyak per hari. Dengan capaian itu, Bahlil optimistis target lifting minyak dan gas (migas) dalam APBN 2025 dapat tercapai sepenuhnya.
“Target lifting kita kan 605 ribu barel, sekarang sudah 580 ribu. Secara realisasi di kuartal pertama sudah 96%,” kata Bahlil.
“Baca juga: Peran Energy Absolute, Mendorong Inovasi dan Investasi Karbon di Indonesia”
Pemerintah menargetkan total lifting migas nasional tahun 2025 sebesar 1,61 juta barel setara minyak per hari (BOEPD). Rinciannya terdiri dari 605 ribu BPH untuk minyak bumi dan 1,005 juta BOEPD untuk gas.
Dalam rapat Dewan Pengawas SKK Migas yang dihadiri oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, Bahlil menegaskan bahwa pembahasan hanya fokus pada sektor hulu migas. Tidak ada diskusi mengenai diskon tarif listrik, skema subsidi bahan bakar, atau topik lain di luar hulu migas.
Bahlil juga menyampaikan bahwa Presiden Prabowo Subianto menargetkan produksi minyak mencapai 900 ribu BPH pada 2029. Ia menilai target APBN 2025 sangat realistis, bahkan mungkin terlampaui.
“Doain ya, tahun 2025 target APBN, insyaallah, tercapai,” ujar Bahlil.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa saat ini lifting minyak bumi Indonesia telah mencapai 580 ribu barel per hari (BPH). Capaian ini mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan percepatan target lifting minyak nasional menjadi 1 juta BPH.
Dalam konferensi pers di Jakarta, Bahlil menyebut ada peluang untuk memajukan target tersebut dari semula tahun 2030 menjadi 2029. Percepatan ini sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto, yang menginginkan produksi minyak bumi Indonesia mencapai 900 ribu hingga 1 juta BPH pada periode 2029–2030.
Bahlil menegaskan bahwa pemerintah tidak memiliki rencana untuk menunda target lifting minyak 1 juta BPH yang sebelumnya ditetapkan pada tahun 2030. Ia menyatakan komitmen pemerintah dalam menjaga kesinambungan produksi migas nasional, terutama dari sektor hulu.
Menurut Bahlil, langkah percepatan ini akan didukung oleh kebijakan strategis serta investasi yang tepat sasaran di sektor energi. Pemerintah akan terus mendorong peningkatan eksplorasi dan produksi minyak, agar target ambisius ini dapat direalisasikan lebih cepat.
“Kalau bisa lebih cepat, kenapa tidak? Arahan Presiden jelas, kita kejar maksimal,” ujar Bahlil. Pemerintah berharap upaya ini mampu mendukung ketahanan energi nasional serta mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak.