Ribuan Warga Kapuk Muara Bentrok dengan Sekuriti PIK: Kronologi
infoinspiratif.com – Ribuan warga Kapuk Muara menggelar aksi demonstrasi di kawasan elit Pantai Indah Kapuk (PIK), Penjaringan, Jakarta Utara, pada Jumat (14/2/2025). Mereka turun ke jalan untuk menuntut pembukaan akses jalan yang telah ditutup sejak 2015 oleh pengelola PIK. Aksi yang semula berlangsung damai berubah menjadi bentrokan setelah petugas Pengamanan Khusus (Pamsus) PIK membubarkan warga secara paksa.
Koordinator aksi, Sufyan Hadi, menyatakan bahwa warga selama bertahun-tahun mengalami berbagai kesulitan akibat penutupan akses ini. Selain menghambat mobilitas sehari-hari, penutupan jalan juga memperburuk risiko banjir karena sistem drainase yang terganggu. Padahal, menurutnya, Surat Keputusan (SK) Gubernur telah menetapkan bahwa jalan tersebut harus dibuka kembali.
“Warga semakin sulit untuk bekerja, bersekolah, dan melakukan aktivitas lainnya karena harus mencari jalur alternatif yang jauh. Selain itu, banjir di kawasan ini semakin parah karena sistem drainase ikut terdampak. Kami hanya ingin hak kami dipenuhi,” ujar Sufyan.
Dalam aksi ini, warga menuntut agar pihak pengelola PIK menyediakan akses darurat yang bisa digunakan untuk keluar-masuk kawasan tersebut. Namun, meskipun sudah ada keputusan gubernur, pihak PT MP, sebagai pengelola kawasan PIK, tetap bersikeras menolak pembukaan akses.
Sufyan menduga ada kepentingan besar yang melatarbelakangi keputusan ini, sehingga pemerintah pun seolah tak berdaya mengeksekusi aturan yang sudah ditetapkan sejak bertahun-tahun lalu.
“Kami berharap besar dengan pemerintahan baru yang akan dilantik pada 20 Februari ini. Semoga mereka bisa langsung mengeksekusi pembukaan akses ini sesuai aturan yang ada,” tegasnya.
“Baca Juga : Beasiswa KIP Kuliah Rp14,6 Triliun untuk 1 Juta Mahasiswa3”
Sebelum bentrokan terjadi, massa aksi datang menggunakan mobil komando, odong-odong, bajaj, dan motor pribadi menuju Jalan Pantai Indah. Mereka awalnya ingin melakukan aksi di depan kantor pemasaran PT MP, perusahaan pengembang properti PIK. Namun, di perjalanan menuju lokasi, mereka dihadang oleh puluhan petugas keamanan PIK yang mengenakan seragam merah bertuliskan “Pamsus”. Para petugas ini memblokade jalan sambil membawa tongkat bambu.
Tak ingin terjadi gesekan, warga bersedia berorasi di lokasi penghadangan tanpa berusaha menerobos blokade. Orasi pun dimulai, dengan beberapa perwakilan warga menyampaikan aspirasi dari atas mobil komando. Suasana sempat kondusif, tetapi berubah panas setelah beberapa petugas keamanan PIK melontarkan provokasi.
Petugas keamanan berulang kali meneriakkan ejekan dan meminta warga membubarkan diri. Namun, warga tetap bertahan. Ketegangan meningkat ketika beberapa petugas mulai mendorong warga dan mengayunkan tongkat bambu ke arah massa. Beberapa orang tak dikenal dari kubu petugas keamanan juga melakukan pelemparan batu ke arah warga, yang akhirnya dibalas oleh massa aksi.
Bentrok pun pecah. Petugas keamanan berlari ke arah warga dengan mengacungkan tongkat bambu, sementara warga mencoba bertahan dengan melemparkan batu dan benda lainnya. Bentrokan berlangsung selama lebih dari 10 menit sebelum akhirnya warga terpaksa mundur.
Akibat kejadian ini, sedikitnya delapan warga mengalami luka-luka akibat lemparan batu dan pukulan benda keras lainnya. Beberapa di antaranya mengalami luka di kepala dan harus mendapatkan jahitan. Selain itu, mobil komando warga dirusak, dan beberapa kendaraan, seperti odong-odong yang digunakan untuk aksi, mengalami kerusakan parah.
“Kami datang dengan damai, tidak membawa senjata, tidak membawa pentungan. Tapi kami justru dipukul mundur oleh orang-orang yang tidak kami kenal. Banyak warga terkena lemparan batu dan bambu,” ungkap Sufyan.
Ia menegaskan bahwa warga sebelumnya telah mengirimkan pemberitahuan resmi kepada pihak terkait dan berkoordinasi dengan kepolisian sebelum menggelar aksi. Namun, alih-alih mendapatkan pengamanan dari aparat kepolisian, mereka justru menghadapi tindakan represif dari petugas keamanan PIK.
“Kami tidak menyangka situasi akan sekeras ini. Kami hanya ingin menyampaikan tuntutan kami. Kenapa harus dihadapi dengan kekerasan?” tambahnya.
Sufyan dan warga Kapuk Muara kini menaruh harapan besar pada pemerintahan yang baru, yang akan dilantik pada 20 Februari 2025. Mereka berharap pemerintah segera menegakkan keputusan gubernur dan memastikan akses jalan yang telah lama ditutup segera dibuka kembali.
“Kami hanya ingin pemerintah menjalankan aturan yang sudah ada. Jangan sampai warga terus-menerus menjadi korban kepentingan pihak tertentu,” pungkasnya.
Hingga saat ini, pihak pengelola PIK dan aparat terkait belum memberikan pernyataan resmi terkait insiden bentrokan yang terjadi.
“Baca Juga : Cornelius Dipo Alam: Dari Timnas Indonesia ke Bisnis Es Krim”