Info inspiratif – Kemenko Marves baru-baru ini mengungkapkan bahwa Indonesia masih sangat bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan pipa dalam industri minyak dan gas bumi (migas). Pipa-pipa yang dikenal dengan sebutan Oil Country Tubular Goods (OCTG) ini merupakan komponen krusial dalam proses pengeboran dan produksi migas. Informasi ini menyoroti ketergantungan Indonesia pada negara lain untuk komoditas penting ini, yang dapat mempengaruhi stabilitas industri migas nasional.
Menurut Asisten Deputi Bidang Industri Maritim dan Transportasi di Kemenko Marves, Firdaus Manti, komoditas OCTG meliputi beberapa jenis pipa dan aksesori yang digunakan dalam industri hulu migas, yaitu casing, tubing, dan berbagai aksesori lainnya. Saat ini, terdapat 16 perusahaan di Indonesia yang memproduksi OCTG dengan total kapasitas mencapai 1 juta ton per tahun. Namun, meskipun ada produksi lokal, sebagian besar kebutuhan OCTG masih dipenuhi melalui impor.
”Baca juga: Mempermudah UMKM, AI Bisa Menjadi Solusi Potensial“
Data menunjukkan bahwa tingkat komponen dalam negeri (TKDN) untuk OCTG bervariasi. Untuk casing, TKDN-nya berkisar antara 15-47%, sementara untuk tubing dan aksesori, TKDN-nya antara 15-50%. Meskipun ada upaya untuk meningkatkan penggunaan produk lokal, angka-angka ini menunjukkan bahwa ketergantungan pada impor masih cukup signifikan.
Firdaus Manti menjelaskan, “Kami meminta kepada para produsen untuk mensertifikasi produk mereka. Dengan sertifikasi ini, kami berharap penggunaan produk dalam negeri dapat dioptimalkan dalam pengadaan barang dan jasa di sektor migas.” Hal ini mencerminkan upaya pemerintah untuk meningkatkan penggunaan produk lokal sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor.
Analisis tren impor dan ekspor OCTG dari tahun 2018 hingga 2023 menunjukkan bahwa jumlah impor selalu lebih besar dibandingkan ekspor. Pada tahun 2023, misalnya, total impor OCTG tercatat sebesar 201.731 ton, sedangkan ekspornya hanya mencapai 70.210 ton. Lonjakan signifikan dalam impor pada tahun 2023 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya menunjukkan peningkatan ketergantungan pada pasokan luar negeri untuk memenuhi kebutuhan industri migas domestik.
Dalam hal biaya, material pipa OCTG menyumbang porsi terbesar, yakni 75,12% dari total beban biaya. Namun, kontribusi TKDN dari bahan baku ini hanya sebesar 5,80%. Sebaliknya, komponen lain seperti tenaga kerja, alat kerja, dan jasa memiliki TKDN yang relatif lebih tinggi, dengan keseluruhan di atas 75%. Hal ini menunjukkan ketidakseimbangan antara komponen material dan komponen lainnya dalam kontribusi terhadap TKDN.
”Simak juga: Masyarakat Indonesia Masih Gemar Mengunjungi Mal, Kenapa?“
Mengingat ketergantungan yang tinggi pada impor dan kontribusi TKDN yang rendah dalam material OCTG, pemerintah bersama sektor industri harus mengambil langkah-langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan ini. Upaya seperti peningkatan kapasitas produksi lokal, sertifikasi produk, dan pengembangan teknologi dapat menjadi solusi untuk memperbaiki situasi ini.
Dalam acara Supply Chain & National Capacity Summit 2024 di Jakarta pada 15 Agustus 2024, Firdaus Manti menekankan pentingnya upaya bersama untuk memperkuat industri dalam negeri. Dengan pendekatan yang tepat, diharapkan Indonesia dapat meningkatkan daya saing industri migasnya serta mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar negeri.