Info inspiratif – SoftBank, raksasa investasi teknologi asal Jepang, secara mengejutkan membatalkan rencana kolaborasi mereka dengan Intel untuk mengembangkan chip kecerdasan buatan (AI). Keputusan ini menandakan perubahan signifikan dalam lanskap industri chip dan mencerminkan tantangan besar yang dihadapi oleh Intel di pasar saat ini. Artikel ini akan membahas mengapa SoftBank mundur dari proyek tersebut, dampak dari keputusan ini terhadap Intel, serta situasi terkini yang dihadapi oleh perusahaan chip raksasa tersebut.
SoftBank awalnya berencana untuk bekerja sama dengan Intel dalam mengembangkan chip AI dengan harapan dapat bersaing dengan dominasi Nvidia yang telah lama menguasai pasar chip AI. Namun, rencana ambisius ini harus berakhir sebelum dimulai. Menurut laporan dari Financial Times yang mengutip sumber yang dekat dengan masalah ini, SoftBank memutuskan untuk membatalkan kerja sama karena Intel tidak mampu memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan.
“Baca juga: Iklan di Ponsel, Cara Efektif Menghilangkannya tanpa Aplikasi”
SoftBank menyebutkan bahwa Intel gagal memenuhi persyaratan terkait volume produksi dan kecepatan pengembangan chip. Hal ini menjadi faktor utama yang menyebabkan batalnya kolaborasi tersebut. Dalam industri chip yang sangat kompetitif dan berkembang pesat seperti AI, kemampuan untuk memenuhi standar produksi dan inovasi yang tinggi sangat penting. Intel, yang menghadapi berbagai tantangan internal, tampaknya tidak dapat memenuhi harapan SoftBank.
Dengan batalnya rencana ini, SoftBank kini beralih ke TSMC, perusahaan Taiwan yang dikenal sebagai pemimpin dalam produksi chip dengan volume terbesar di dunia. Langkah ini menunjukkan bahwa SoftBank masih berkomitmen untuk mengejar ambisi mereka dalam teknologi AI, meskipun harus mengganti mitra yang awalnya mereka pilih.
Kabar pembatalan kolaborasi dengan SoftBank datang pada saat Intel sedang menghadapi krisis besar. Perusahaan ini baru-baru ini mengumumkan langkah-langkah drastis untuk mengurangi biaya produksi, termasuk pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ribuan pegawai. Langkah ini merupakan bagian dari upaya Intel untuk mengatasi tantangan finansial dan strategis yang mereka hadapi.
Intel mengumumkan rencana untuk memberhentikan sekitar 15% dari total pegawai mereka, yang berarti lebih dari 15 ribu posisi akan dihapus. Selain itu, perusahaan ini juga memutuskan untuk menghentikan pembayaran dividen mulai kuartal keempat 2024. Sebagai bagian dari restrukturisasi untuk menghemat pengeluaran sebesar USD 10 miliar pada tahun 2025. Langkah-langkah ini diambil untuk memperbaiki kondisi keuangan Intel yang semakin memburuk.
Keputusan Intel untuk menghentikan pembayaran dividen dan melakukan PHK tidak hanya memengaruhi karyawan dan pemegang saham. Tetapi juga menimbulkan gugatan dari para pemegang saham. Mereka merasa tidak diberitahu tentang masalah-masalah internal yang menyebabkan penurunan pendapatan perusahaan dan kerugian finansial. Intel juga mencatatkan kerugian sebesar USD 1,61 miliar, dengan pendapatan turun 1% menjadi USD 12,83 miliar.
Intel saat ini berjuang untuk bersaing dengan pesaing-pesaing utama seperti AMD, Nvidia, Samsung, dan TSMC. Yang dapat memanfaatkan pertumbuhan bisnis dari popularitas teknologi AI yang terus meningkat. Saham Intel mengalami penurunan drastis sebesar 26% pada 2 Agustus, menjadi USD 21,48 per lembar saham. Penurunan ini terjadi setelah pengumuman laporan keuangan terbaru dan berita tentang PHK serta penghentian pembayaran dividen.
“Simak juga: Itel P65, Ponsel Gaming Terjangkau dengan Fitur Premium”
Pembatalan rencana kerja sama dengan SoftBank menandakan tantangan besar bagi Intel dalam memenuhi ekspektasi mitra dan pelanggan mereka. Keputusan ini mungkin mempengaruhi reputasi Intel di mata investor dan mitra potensial. Serta menambah tekanan pada perusahaan untuk segera memperbaiki kondisi internal mereka.
Sementara SoftBank beralih ke TSMC, langkah ini menunjukkan adanya pergeseran dalam strategi mereka untuk mengejar dominasi di pasar chip AI. Bagi Intel, fokus saat ini adalah mengatasi krisis finansial dan operasional sambil mencoba untuk kembali mendapatkan kepercayaan investor dan mitra industri.
Pembatalan kerja sama antara SoftBank dan Intel menyoroti betapa pentingnya kesiapan teknis dan kemampuan produksi dalam industri chip yang kompetitif. Intel harus menghadapi tantangan besar di tengah krisis internal dan persaingan ketat dengan perusahaan-perusahaan teknologi lainnya. Sementara itu, SoftBank terus mencari peluang baru untuk mengembangkan teknologi AI. Menunjukkan bahwa meskipun satu pintu tertutup, masih ada banyak kemungkinan lain yang bisa dijajaki di pasar teknologi global.
Bagaimana Intel akan mengatasi tantangan ini dan bagaimana masa depan teknologi AI akan berkembang di bawah pengaruh mitra baru seperti TSMC akan menjadi hal yang menarik untuk diperhatikan dalam beberapa bulan mendatang.