Info inspiratif – Memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayi adalah salah satu tujuan utama setiap ibu setelah melahirkan. Namun, tidak jarang ibu menghadapi masalah dengan Air Susu Ibu (ASI) yang sulit atau tidak keluar, yang dapat menimbulkan kekhawatiran dan stres. Dalam artikel ini, kita akan membahas penjelasan dan panduan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengenai masalah ini, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk memastikan ibu dan bayi mendapatkan manfaat optimal dari ASI.
Menurut dr. Lovely Daisy, M.K.M, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI, ibu tidak perlu khawatir jika ASI tidak langsung keluar dalam jumlah yang banyak setelah melahirkan. Pada beberapa hari pertama setelah persalinan, ASI yang keluar adalah kolostrum, cairan kekuningan atau bening yang mengandung protein tinggi dan zat antiinfeksi. Kolostrum ini memiliki volume yang sangat kecil, sekitar 5-7 mililiter, namun kaya akan nutrisi penting bagi bayi.
“Inilah yang sering dianggap ibu sebagai ASI tidak keluar atau sulit keluar,” jelas Daisy. Kolostrum berfungsi sebagai sumber nutrisi dan kekebalan pertama yang sangat penting untuk bayi, meskipun jumlahnya mungkin tampak sedikit.
“Baca juga: Proses Metabolisme, Sayuran Pembakar Lemak Perut yang Ampuh”
Seiring berjalannya waktu, kolostrum akan berubah menjadi ASI transisi dan akhirnya menjadi ASI matang. Proses ini biasanya terjadi pada minggu pertama kehidupan bayi. Volume ASI akan meningkat seiring dengan perubahan tersebut, dan ibu mungkin mulai merasakan payudara yang penuh, keras, dan berat.
Perubahan ini merupakan proses alami dan bagian dari penyesuaian tubuh ibu dengan kebutuhan bayi. Pada tahap ini, penting bagi ibu untuk terus menyusui secara rutin untuk mendukung produksi ASI yang optimal.
Daisy menekankan bahwa salah satu cara paling efektif untuk memperlancar produksi ASI adalah dengan memastikan ibu menyusui bayi dengan benar dan sesering mungkin sesuai kebutuhan bayi. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Mengabaikan teknik menyusui yang benar bisa menimbulkan berbagai masalah, seperti puting susu lecet dan produksi ASI yang tidak optimal. Hal ini dapat membuat bayi enggan menyusu dan berdampak pada pemenuhan kebutuhan nutrisinya.
Menurut dr. Daisy, pemberian makanan atau minuman lain selain ASI, seperti susu formula atau makanan padat, sebaiknya dihindari kecuali ada indikasi medis yang jelas. Pemberian susu pengganti dapat menghambat produksi ASI karena mengurangi frekuensi menyusui, yang penting untuk merangsang produksi ASI.
Jika ada kebutuhan untuk memberikan susu formula, hal tersebut sebaiknya dilakukan setelah penilaian medis oleh dokter yang kompeten. Ini memastikan bahwa keputusan tersebut didasarkan pada kebutuhan medis dan bukan hanya kebiasaan.
“Simak juga: Anak Kecanduan Gadget Risiko Tantrum dan Depresi”
Untuk ibu yang menghadapi kesulitan dalam menyusui, ada baiknya menghubungi konselor menyusui di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat atau mengakses telekonseling menyusui. Konselor menyusui dapat memberikan informasi dan dukungan yang diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah menyusui dan memastikan ibu mendapatkan bantuan yang tepat.
“Konselor menyusui siap memberikan informasi atau mendukung ibu dalam proses menyusui,” kata Daisy. Mereka dapat membantu ibu dengan teknik menyusui yang benar, memberikan solusi untuk masalah yang mungkin dihadapi, dan mendukung ibu dalam perjalanan menyusui.
Masalah ASI yang sulit keluar setelah melahirkan merupakan hal yang umum terjadi dan tidak perlu membuat ibu khawatir. Dengan memahami proses perubahan ASI, menerapkan teknik menyusui yang tepat, dan mendapatkan dukungan yang diperlukan, ibu dapat memastikan bahwa bayi mendapatkan manfaat maksimal dari ASI. Dukungan dari profesional kesehatan dan konselor menyusui juga dapat membantu ibu mengatasi tantangan ini dan mencapai tujuan menyusui yang sukses.